Kamis, 27 April 2017

Flashback / Sedih Ditinggalin

Hari ini tepat tanggal 27 April. Hari dimana aku ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh seorang lelaki/pria yang paling aku sayang, laki-laki  yang pernah hadir dalam hidupku mengisi hari-hariku dan merangkai bingkisan kalbu (kok malah kayak lirik lagu begini ya). Dia adalah laki-laki pertama yang membuat aku jatuh cinta dan dia juga laki-laki pertama yang aku cintai yang meninggalkan aku.

Dia adalah ayahku, 8 tahun sudah dia meninggalkan aku dan kami semua. Dia adalah ayah terbaik di hidupku. Dia mengajarkan aku banyak hal, dia menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan konyolku, walaupun ada pertanyaan yang dia belum bisa jawab dia nggak pernah memarahiku untuk menyuruh aku diam dan nggak pernah ngatain aku bawel ataupun cerewet. Dia tetap sabar dengan pertanyaanku itu dan menjawabku dengan baik. Aku nggak pernah takut kalo harus banyak bertanya sama ayah.

Ayah sabar tapi bukan berarti ayah nggak pernah marah. Tapi semarah apapun ayah, ayah nggak pernah mengeluarkan kata kasar padaku. Semarah apapun ayah, ayah nggak pernah menggunakan fisiknya untuk melukai fisikku. Dicubit, dipukul, ditendang, ditampar, dll nya nggak pernah sekalipun aku rasain dari ayah.

Aku nggak tau apa ayah juga kek gini  ke saudara-saudaraku yang lain (abang, uda, kakak). Karena aku nggak pernah nanya ke mereka.

Tapi gimanapun sikap ayah ke mereka i don't care.

Karena yang aku tau, dan buat aku ayah adalah ayah yang cerdas,ayah yang sabar, dan bukan tipe ayah yang kasar. Ayahku tetap ayah yang terbaik.

Walaupun ayah udah pergi jauh banget, tapi ayah tetap ada dihatiku, walaupun ayah udah meninggal, ayah tetap hidup dihatiku bersama kenangan-kenangan kita dulu. Dan rasanya kenangan bersama ayah kayak memang baru banget terjadi dari semenjak ingatan aku berfungsi itu rasanya benar-benar baru banget aku bersama ayah. Semoga Allah memberiku ingatan yang kuat agar aku bisa selalu ingat kenangan bersama ayah.

Yang jelas aku sayang banget banget banget sama ayah walau ayah ada maupun tiada.

Kalau flashback ke masa 8 tahun silam benar-benar aku nggak bisa nyangka aku bisa setegar sekarang. Dimana waktu itu aku lebih sering nangis, walaupun sesekali aku masih bisa tertawa, tapi tetap aja aku lebih sering nangis. Seminggu pertama ayah ninggalin kami semua hampir setiap hari aku pernah nangis baik dihadapan orang banyak ataupun saat lagi sendirian, minggu-minggu berikutnya masih tetap nangis walaupun nggak setiap hari. setelah beberapa bulan masih nangis tapi agak jarang walaupun masing cengeng tapi setidaknya udah nggak kayak minggu-minggu awal ditinggalin.

Waktu baru-baru banget ayah ninggalin aku hari-hari aku tu terasa kelam. Hidup aku tu benar-benar kayak gelap. Semangat hidup aku juga berkurang. Hilang semangat istilahnya

Waktu ayah baru meninggal, awal-awal mungkin rumah rame karena semua saudara kandungku pulang ke rumah dan juga banyak keluarga ayah maupun ibu di rumah, tapi setelah mereka semua kembali ke rumah mereka masing-masing, rumahku terasa banget sepinya. Biasanya walaupun di rumah nggak rame cuma ada ayah, ibu ,dan aku (karena semua saudara kandungku sudah remaja dan hampir dewasa waktu aku lahir) rumah tetap terasa berisi dan terasa rame. Tapi setelah ayah pergi rumah benar-benar kayak kosong dan sepi. Dan aku selalu ingin di rumah ada orang lain selain aku dan ibu.

Awal-awal emang masih belum terbiasa tinggal berdua, aku kayak gamang gitu di rumah. Pada waktu tidur siang, kalo ibu udah tidur, tapi akunya nggak bisa tidur. Aku pasti keluar rumah duduk di depan rumah, abis itu aku melamun, merenung, ingat ayah, dan ingat semua kenangan bersama ayah. Terus aku nangis. Apalagi waktu itu lagi musim hujan, pas aku nangis kebetulan langitnya mendung, terus datang badai. Itu tu seolah-olah aku nangis, alam sekitar aku juga ikutan sedih. 


Tapi sekarang udah terbiasa, dan aku udah nggak secengeng dulu lagi. Kadang-kadang kangen juga sama ayah, tapi nangisnya udah bisa dikontrol. Kalo cuma kangen sepintas lalu, itu paling keluar air mata 4-5 teteslah (kayak pernah itung aja), intinya nangisnya sebentar aja. Tapi kalo kangen yang benar-benar nggak bisa ditahan mungkin air mata aku tu keluarnya 1 ember (boong tapi), pokoknya nangis lama sampe mataku bengkak dan malu kalo sampe ada yang liat mukaku.

Sekarang ayah udah tenang di alam sana, dan bukan waktunya lagi untuk menyesalkan kepergian. Mungkin aku belum sempat bikin ayah bangga dan belum sempat membahagiakan ayah terus-terusan aja ayah yang buat aku bahagia. Dan sekarang udah nggak ada hal yang bisa aku lakuin untuk ayah kecuali mendo'akan ayah. Dan bukan hal lain yang bisa aku lakuin untuk buat ayah bangga kecuali jadi anak yang soleha.

Semoga aku bisa menjadi anak yang soleha agar aku bisa menolong amalan ayahku aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar